TUGAS
TEKNOLOGI MEDIA PENDIDIKAN
MODEL
PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di era
globalisasi ini pendidikan merupakan salah satu investivasi panjang karena
proses dari pendidikan itu sendiri akan dirasakan baik untuk saat ini maupun
masa yang akan datang. Pendidikan tidak akan terlepas dari peranan media dalam
pemanfaatannya di dunia pendidikan. Kita sadari semakin banyak saluran
informasi dalam berbagai bentuk media. Dalam hal ini, kita sebagai calon
pendidik dapat lebih mudah untuk menyampaikan materi pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan
suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu
dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan/kompetensi, materi,
metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan
oleh guru dalam memilih atau menentukan model pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan untuk menyalurkan pesan,
merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik serta mengaktifkan
pembelajaran dalam memberi tanggapan dan umpan sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar pada diri peserta didik untuk melakukan praktik-praktik dengan
benar.
Berkenaan dengan model pembelajaran, makalah ini akan menjelaskan pembaca
untuk memahami berbagai hal yang terkait dengan model pembelajaran, macam-macam
model pembelajaran, dan model pembelajaran yang efektif.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian Model Pembelajaran
2.
Macam-macam Model Pembelajaran
3.
Model pembelajaran yang efektif
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk Mengetahui Apa itu Model Pembelajaran
2.
Untuk Mengetahui berbagai macam Model Pembelajaran
3.
Untuk Mengetahui Model Pembelajaran yang Efektif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Pembelajaran
Secara umum istilah’’model’’
diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebagai
barang atau tiruan benda dari benda sesungguhnya, seperti “globe” yang
merupakan bumi tempat kita hidup.
Sedangkan pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari
berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen
tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Nurdyansyah
(2016) dalam bukunya mendefinisikan strategi,
metode, pendekatan dan teknik pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Strategi pembelajaran adalah
seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor
yang menentukan warna atau strategi tersebut, yaitu: a) pemilihan materi
pelajaran (guru dan siswa); b) penyaji materi pelajaran (perorangan atau
kelompok); c) cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif,
analitis atau sintesis, formal atau non formal); dan d) sasaran penerima materi
pelajaran (kelompok, perorangan, heterogen atau homogen)
2. Pendekatan pembelajaran adalah
jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan.
3. Metode pembelajaran adalah cara
mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya
mengajar dengan metode ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan
sebagainya.
4.
Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus atau metode pembelajaran yang
telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media
pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan
penjumlahan berulang dan atau dengan teknik yang lainnya.
Strategi pembelajaran menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
Pembelajaran
Menurut Paradigma Konstruktivistilk, Menurut Suparno, paham pengetahuan
konstruktivistik merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal
sesuatu (skemata), Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang
lain karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya.
Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif tempat terjadi proses
asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehngga terbentuk
suatu skema (jamak: skemata) yang baru. Seseorang yang belajar berarti membentuk
pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus. Konstruksi berarti
bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstnuktivisne adalah
suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Pengertian model pembelajaran menurut Joyce adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
computer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Model-model
pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran. Teori-teori psikologis, sosiologis, analisis system, atau
teoro-teori lain yang mendukung. Model pembelajaran dapat dijadikan pola
pilihan, artinya guru dapat memilih model yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajarannya.
B. Macam-macam
Model Pembelajaran
1. Model
interaksi social
Model
ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model interaksi
sosial menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat
(learning to life together). Pokok pandangan Gestalt
adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruan
yang terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak pada
keseluruhan bentuk (gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan
lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh, bukan bagian-bagian.
Aplikasi
Teori Gestalt dalam Pembelajaran adalah:
a. Pengalaman (insight/tilikan).
Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya memiliki kemampuan insight,
yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur suatu objek. Guru hendaknya
mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan insight.
b. Pebelajaran yang bermakna.
Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang
pembentukan pemahaman dalm proses pembelajaran. Content yang dipelajari
siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi
kehidupannya di masa yang akan datang.
c. Perilaku bertujuan.
Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku di samping adanya kaitan dengan SR
juga terkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran terjadi
karena siswa memiliki harapan tertentu. Sebab itu pembelajaran akan berhasil
bila siswa mengetahui tujuan yang akan dicapai.
d. Perinsip
ruang hidup (life space). Perilaku siswa terkait
dengan lingkungan di mana ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki
kaitan dengan situasi lingkungan di mana siswa berada (kontekstual).
2.
Model
Pemrosesan Informasi
Model ini
berdasarkan teori belajar kognitif dan berorientasi pada kemampuan siswa
memproses informasi. Pemrosesan informasi merujuk pada cara menerima stimuli
dari lingkungan dengan mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan
konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual.
Menurut
Piaget perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap, yaitu: a)
sensory motor; b) pre operational; c) concrete operational; dan d)
formal operational. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget (Sofan
Amri, 2013) dalam pembelajaran adalah.
a) Bahasa dan cara berpikir anak
berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan
bahasa yangs sesuai dengan cara berpikirnya.
b) Anak-anak akan belajar lebih
baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru membantu anak agar
dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c) Bahan yang dipelajari anak
hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing bagi anak.
d) Berikan peluang agar anak
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
e) Di dalam
kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temannya.
Teori
pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya
mengatakan bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut
Gagne dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian
diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar.
3. Model
Personal
Model ini bertitik
dari teori Humanistik dan juga berorientasi pada individu dan perkembangan
keakuan. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C.Buhler,
dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi
kelas yang konduktif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan
dirinya, baik emosional maupun intelektual. Model pembelajaran personal ini
meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut.
a. Pembelajaran non-direktif,
bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi (kesadaran diri,
pemahaman, dan konsep diri).
b. Latihan kesadaran,
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau kepedulian siswa.
c. Sintetik, untuk
mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif.
d. Sistem
konseptual, untuk meningkatkan kompliksitas dasar pribadi yang luwes.
4.
Model Modifikasi Tingkah
Laku
Implementasi dari model modifikasi tingkah
laku ini adalah meningkatkan ketelitian pada anak, guru selalu perhatian
terhadap tingkah laku siswa, modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan
belajarnya rendah dengan memberi reward, sebagai reinforcement
pendukung dan penerapan prinsip pembelajaran individual (individual
learning) terhadap penbelajaran klasikal.
C. Model
Pembelajaran Yang Efektif
Pembelajaran
afektif adalah pembelajaran yang mengarah pada emosi, suasana hati, dan
perasaan yang nampak melalui minat, sikap, nilai, apresiasi, dan penyesuaian. Berikut
ini disajikan beberapa model pembelajaran pembentukan sikap, sebagai berikut:
1. Model Konsiderasi
Model ini menekankan kepada strategi
pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian.
Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap
orang lain. Implementasi model konsiderensi guru dapat mengikuti tahapan
pembelajaran seperti di bawah ini.
a. Menghadapkan siswa pada suatu masalah
yang mengandung konflik, yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menyuruh siswa untuk menganalisis
situasi masalah dengan melihat bukan hanya yang tampak, tapi juga yang tersirat
dalam permasalahan tersebut, misalnya perasaan, kebutuhan, dan kepentingan
orang lain.
c. Menyuruh siswa untuk menuliskan
tanggapannya terhadap permasalahan yang dihadapinya.
d. Mengajak siswa untuk menganalisis respon
orang lain serta membuat kategori dari setiap respons yang diberikan siswa.
e. Mendorong siswa untuk merumuskan akibat
dari setiap tindakan yang diusulkan siswa. Dalam tahapan ini siswa diajak
berpikir tentang segala kemungkinan yang akan timbul sehubungan dengan
tindakannya.
f. Mengajak siswa untuk memandang
permasalahan dari berbagai sudut pandang (interdisipliner) untuk menambah
wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu dengan nilai yang
dimilikinya.
g. Mendorong siswa agar merumuskan sendiri
tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan
pertimbangannya sendiri.
2. Model Pengembangan Kognitif
Menurut Kohlberg, moral manusia itu
berkembang melalui 3 tingkatan, dan setiap tingkat terdiri dari 2 tahap,
sebagai berikut:
a. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkatan ini setiap individu
memandang moral didasarkan pada pandangannya secara individual tanpa
menghiraukan rumusan dan aturan yang dibuat oleh masyarakat. Pada tingkat
prakonvensional ini terdiri atas dua tahap yaitu:
1)
Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan
Anak hanya berpikir bahwa perilaku yang
benar itu adalah perilaku yang tidak akan mengakibatkan hukuman. Dengan
demikian, setiap peraturan harus dipatuhi agar tidak menimbulkan konsekuensi
negatif.
2)
Tahap orientasi instrumental-relatif
Pada tahap ini perilaku anak didasarkan
kepada rasa ”adil” berdasarkan aturan permainan yang telah disepakati.
b. Tingkatan Konvensional
Pada tingkat ini anak mendekati masalah
didasarkan pada hubungan individu-masyarakat. Pada tahap ini mempunyai 2 tahap
sebagai kelanjutan dari tahap yang ada pada tingkat prakonvernsional, yaitu:
1)
Keselarasan interpersonal
Pada tahap ini ditandai dengan setiap
perilaku yang ditampilkan individu didorong oleh keinginan untuk memenuhi
harapan orang lain.
2)
Sistem sosial dan kata hati
Pada tahap ini perilaku individu bukan
didasarkan pada dorongan untuk memenuhi harapan orang lain yang dihormatinya,
akan tetapai didasarkan pada tuntutan dan harapan masyarakat.
c. Tingkat Postkonvensional
Pada tingkat ini perilaku bukan hanya
didasarkan pada kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat yang berlaku, akan
tetapi didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya
secara individu. Seperti tingkat sebelumnya tingkat ini juga terdiri dari dua
tahap yaitu:
1)
Tahap kontra social
Pada tahap ini perilaku individu didasarkan pada
kebenaran-kebenaran yang diakui oleh masyarakat. Kesadaran individu untuk
berperilaku tumbuh karena kesadaran untuk menerpakan prinsip-prinsip sosial.
2)
Tahap prinsip etis yang universal
Pada tahap terakhir, perilaku manusia didasarkan pada prinsip universal.
Segala macam tindakan bukan hanya didasarkan sebagai kontrak sosial yang harus dipatuhi,
akan tetapi didasarkan pada suatu kewajiban sebagai manusia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri
dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen
tersebut meliputi: tujuan/kompetensi, materi, metode, dan evaluasi. Keempat
komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih atau
menentukan model pembelajaran.
Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan
lain-lain.
Model-model
pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran. Teori-teori psikologis, sosiologis, analisis system, atau
teoro-teori lain yang mendukung. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan,
artinya guru dapat memilih model yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajarannya.
Sedangkan Pembelajaran afektif adalah
pembelajaran yang mengarah pada emosi, suasana hati, dan perasaan yang nampak
melalui minat, sikap, nilai, apresiasi, dan penyesuaian.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurdyansyah
M.Pd. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo. Nizamia Learning
Center.
Desi
Lutfiana. 2019. Makalah Model Pembelajaran. Academia.edu. https://www.academia.edu/38543299/Makalah_Model-Model_Pembelajaran.docx