Selasa, 17 April 2018

cara menggunakan alat ukur linier langsung


Cara Menggunakan Alat Ukur Linier Langsung
Instrumentasi dan Pengukuran Teknik
Disusun Oleh:
1.Richo Handika
2.Rinto S Sitanggang
3.Fitra Jaka Pratama
Dosen Pengampu: Drs.Hidir Efendi, M.Pd.

TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Dalam fisika dan teknik, pengukuran merupakan aktivitas yang membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia-nyata. Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Seluruh alat pengukur dapat terkena kesalahan peralatan yang bervariasi. Bidang ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran dinamakan metrologi.
Fisikawan menggunakan banyak alat untuk melakukan pengukuran mereka. Ini dimulai dari alat yang sederhana seperti penggaris dan stopwatch sampai ke mikroskop elektron dan pemercepat partikel. Instrumen virtual digunakan luas dalam pengembangan alat pengukur modern.
Alat-alat ukur dalam peralatan kerja itu sendiri sangat banyak dan berbeda-beda bentuknya sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran dalam bentuk panjang. Akan tetapi ada kalanya disamping mempunyai dimensi panjang juga mempunyai dimensi.
Peralatan kerja bengkel adalah sekumpulan alat/perkakas yang sering dipakai oleh mekanik dalam melakukan pekerjaan di bengkel, misalnya dalam kegiatan-kegiatan produksi, perawatan, perbaikan dan reparasi.Bagi seorang mekanik yang sehari-harinya melakukan aktifitas tersebut, jelas memerlukan peralatan guna membantu agar pekerjaannya bisa terselesaikan secara efektif dan efisien. Penggunaan peralatan yang benar dan sesuai fungsinya merupakan keharusan.


1.2       Perumusan Masalah
1.    Apa saja macam-macam alat ukur linier, baik alat ukur linier langsung maupun alat ukur linier tak langsung?
2.    Bagaimana cara menggunakan bermacam-macam alat ukur linier untuk mengukur benda dengan cara yang tepat dan benar?
3.    Bagaimana cara membaca skala alat-alat ukur linier langsung dengan benar?


1.3        Tujuan
1.    Mengetahui bermacam-macam alat ukur linier, baik alat ukur linier langsung maupun alat ukur linier tak langsung.
2.    Mengetahui cara menggunakan bermacam-macam alat ukur linier untuk mengukur benda dengan cara yang tepat dan benar.
3.    Mengetahui cara membaca skala alat-alat ukur linier langsung dengan benar.


BAB II
PENGUKURAN LINIER

1. DASAR TEORI
1.1. Pengertian Pengukuran Linear
Pengukuran Linear adalah proses pengukuran untuk mengetahui dimensidari suatu benda kerja yang belum diketahui ukurannya.
Pengukuran Linear Pembacaan Langsung Alat ukur langsung adalah alat ukur yang mempunyai skala ukur yangtelah dikalibrasi dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skalatersebut.Contoh alat ukur langsung :
a.    Mistar Ukur
b.    Mistar Ingsut
c.    Mikrometer
Jadi, Pengukuran linear pembacaan langsung adalah proses pengukuran dimana hasil pengukuran dapat dilihat langsung dari skala alat ukur yang dipakai. Pengukuran Linear Pembacaan Tidak Langsung Pengukuran Linear pembacaan tidak langsung yaitu pengukuran dengan instrumen pembanding, maksudnya dengan membandingkan dimensi yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian membacanya dengan bantuan alatukur langsung. Pada pengukuran ini, kita melakukan dua kali proses pengerjaan. Macam-macam alat ukur yang tergolong alat ukur tidak langsung yaitu
a.    Dial Indikator
b.    Bore Gage atau Cylinder Gage
c.    Caliper Gage
d.    Telescoping gage
1.2 Jenis – jenis Alat Ukur Lineara.
 A. Alat Ukur Linier Langsung
a.    Mistar ukur
Mistar ukur merupakan alat ukur linier yang paling dikenal, biasanya berupa pelat baja atau kuningan di mana pada kedua tepi salah satu permukaannya diberi skala (metrik dan inchi) dengan panjang ukurannya bervariasi dari 100 s.d. 300 mm dengan kecermatan ukuran yaitu pembagian skala dalam 0.5 atau 1.0 mm.
Cara Pengukuran
Cara pengukuran dengan mistar ini ialah dengan cara menempelkan mistar pada objek ukur sampai tepi mistar berimpit dengan tepi benda yang diukur sehingga secara tidak langsung panjang objek yang diukur tersebut dapat langsung dibaca dengan memakai ujung objek ukur sebagai indeks pembacaan skala.
Jenis – Jenis Mistar
1.    Meteran Lipat
Merupakan gabungan dari mistar ukur degan sambungan engsel pada ujungnya. Hasil dari pengukurannya kurang baik dibandingkan dengan menggunakan mistar ukur biasa.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSZ5fnjSYLpIGwkDcfcuu_Nfa51ER-5KAE2aRci-QmgOQ9idw2T2OY0skvS2Vy51Imhr05pN8gZ-EiPSEVYuEHRS6G6Vch0bqEYZ86_ycpVaRr42-9dhelLeBDh0XdGnUaObeqOqvQgCy8/s1600/images+(2).jpg

Gambar 2.1 Mistar lipat







2.    Meteran Gulung
Merupakan meteran yang dibuat dari pelat baja tipis berbentuk pita yang dapat digulung dan ditempelkan dalam suatu wadah.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpJkG1DRSZVtwZAgUQmXb9vsEJWeYwB-cr0wi8prFM3YvmvstX2fwJ4UnS2vAQTmxjq-1-6ecyUvUIkzINAcZ5_1U9V_D7lr9a-xx4xLnxdO2NNyhjwa6X7_wBnC1HjfBdZg5H8mQWipCB/s1600/download.jpg

Gambar 2.2  Mitar Gulung

b.    Mistar ingsut
Merupakan alat ukur linear serupa dengan mistar ukur yang mana mempunyai skala linier pada batang dengan ujungnya yang berfungsi sebagai sensor penahan benda ukur (disebut rahang ukur tetap) dan juga terdapat peluncur dengan sisi yang dibuat sejajar dengan permukaan rahang ukur(disebut rahag ukur gerak) yang biasanya dapat digeserkan pada batang ukur.
Cara Pengukuran.
Cara kerjanya ialah benda ukur ditahan padasalah satu sisi permukaannya oleh rahang ukur tetap, kemudian peluncur digeserkan sehingga rahang ukur gerak menempel pada sisi lainnya, pada saat benda ukur dijepit maka orang yang melakuka pengukuran dapat membaca posisi garis indeks pada skala ukur.
Hal – hal yang harus diperhatikan saat memakai mistar ingsut ialah sebagai berikut :
a)      Rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur dengan bik tanpa bergoyang,
b)      Periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan ke dua rahang dengan cara mengatupkan rahang,
c)      Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan ujung rahang ukur (harus agak kedalam), supaya kontak antara permukaan sensor dengan benda ukur cukup panjang sehingga terjadi efek pemosisian mandiri yang akan meniadakan kesalahan kosinus,
d)     Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat yang bisa melenturkan rahang ukur ataupun lidah ukur kedalaman sehingga mengurangi ketelitian,
e)      Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setlah mistar ingsut diangkat dari objek ukur dengan hati – hati.
               https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjDFKlYZ41gWAB6b7nKYvNZAhLodxURRHbC055n3SCYWWCyirtrjyYepVnExSxbaYpVQRVLqMp5rkXuzbefQvUaLA3-D0zwelJNeFi7yCw0kHbdyGe5XJCxnc2RocX1-RmWlL09rPnK6ca/s1600/download+(1).jpg

              https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTnWuzWBp_-IN_cwIFPWCBuT0Ym1qXiAk4JEvfoiqDvaJnpRwUNLpGexOlN4nYlXEyHWkJyU2_mUr-elwm1p2GS_AgI80ZBatGv8B01k6vG2MCp8EbgUr8vrilIl-wuh5vvYM4Ht9oZmMw/s1600/images+(3).jpg
Gambar 2.3 Mistar Ingsut / Jangka Sorong

c.    Mikrometer
Merupkan alat ukur linier yang mempunyai kecermataan yang lebh tinggi dari pada mistar ingsut, mempunyai kecermatan sebesar 0.01 mm (meskipun namanya “mikrometer”). Jenis khusus memang ada yang dibuat dengan kecermataan 0.005 mm, 0.002 mm, 0.001 mm dab bahkan sampai dengan 0.0005 mm.
 Pemakaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian mikrometer ialah sebagai berikut :
1.  Permukaan benda ukur dan mulut ukur mikrometer harus dalam kondisi bersih.
3.     Sebelum dipakai, kedudukan mikrometer harus diperiksa.
4.     Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur.
5.     Beda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan tangan kanan.
6.     Pada waktu mengukur, penekanan poros ukur pada benda ukur tidak boleh terlalu keras sehingga memungkinkan kesalahan ukur karena adanya deformasi.
7.     Kalibrasi
8.    Untuk melakukan kalibrasi mikrometer dapat dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut :
9.    Gerakan silinder putar/poros ukur. harus berputar dengan baik, rasakan tidak terjadi goyangan karena keausan ulir utama.
10.  Kedudukan nol apabila. Apabila mulut ukur dirapatkan garis referensi/indeks harus menunjuk nol.
11.  Keberfungsian beberapa bagian yang lain seperti gigi gelincir (ratchet) dan pengunci poros ukur.
12.   Kerataan dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor). Karena keausan, muka ukur dapat menjadi tidak rata dan tidak sejajar sehinggia memungkinkan kesalahan ukur.
13.   Kebenaran penunjukan harga pengukuran. Sehingga harga yang ditunjukan oleh mikrometer harus sesuai dengan ukuran standar yang benar 9 harga nominal dengan toleransi yang diterapkan sesuai dengan standar)
           https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAwtL255H9lITN940VUjHHiwG6XjIJ4UCSunH6bzLNB8YxPJSRHq8ev7l9sKWUGd5UysPjnF6z7CTgqpK0tN-AQBSWlWlouleTWAlINaQc_L-zA463dmvewvRrPY6IKVIkiDwP0RE-P-3e/s1600/images.jpg
Gambar 2.4 Mikrometer

Cara Membaca Jangka Sorong
gambar cara membaca jangka sorong

Perhatikan hasil pengukuran diatas. Cara membaca jangka sorong untuk melihat hasil pengukurannya hanya dibutuhkan dua langkah pembacaan:
1.      Membaca skala utama: Lihat gambar diatas, 21 mm atau 2,1 cm (garis merah) merupakan angka yang paling dekat dengan garis nol pada skala vernier persis di sebelah kanannya. Jadi, skala utama yang terukur adalah 21mm atau 2,1 cm.
2.      Membaca skal vernier: Lihat gambar diatas dengan seksama, terdapat satu garis skala utama yang yang tepat bertemu dengan satu garis pada skala vernier. Pada gambar diatas, garis lurus tersebut merupakan angka 3 pada skala vernier. Jadi, skala vernier yang terukur adalah 0,3 mm atau 0,03 cm.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran akhir, tambahkan kedua nilai pengukuran diatas. Sehingga hasil pengukuran diatas sebesar 21 mm + 0,3 mm = 21,3 mm atau 2,13 cm.
Contoh Soal Jangka Sorong
Contoh Soal 1
contoh soal pengukuran
Tentukan hasil pengukuran pada gambar diatas dalam satuan centimeter.
Solusi:
Pembacaan skala utama= 10 cm (angka 10 persis bersebrangan dengan angka nol pada skala vernier disebelah kanannya).
Pembacaan skala vernier/ skala nonius= 0,02 cm (garis kedua setelah nol pada skala vernier tepat lurus dengan garis diatasnya).
Jadi, hasil pengukuran pada gambar di atas = 10 cm + 0,02 cm = 10,02 cm
Atau 100,2 mm.

Contoh Soal 2
contoh soal cara membaca
Suatu baut panjangnya diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan skala utama centimeter seperti yang dapat dilihat pada gambar diatas. Tentukan hasil perhitungan akhir dari pengukuran diatas dalam satuan milimeter.
Solusi:
Pembacaan skala utama= 1,1 cm atau 11 mm (terdapat satu garis setelah angka 1 pada skala utama yang persis bersebrangan dengan angka nol pada skala vernier disebelah kanannya).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cara membaca mikrometer sekrup

1. Yang pertama silahkan letakkan mikrometer sekrup satu arah sehingga bisa dilihat dengan jelas.
2. Baca skala utama dari mikrometer sekrup tersebut, dibagian atas garis menunjukkan angka bulat mm seperti 1 mm dan seterusnya, sedangkan pada garis skala bawah menunjukkan bilangan 0.5 mm.
http://caraharian.com/wp-content/uploads/2017/06/Cara-Membaca-Mikrometer-Sekrup.jpg
Dari gambar diatas, garis skala atas menunjukan angka 5 mm dan garis skala bagian bawah menunjukan 0,5 mm, Jumlahkan kedua hasil diatas maka skala utama pada mikrometer diatas menunjukan angka 5,5 mm.
3. Selanjutnya baca skala nonius atau skala putarnya yaitu garis yang berada tepat segaris dengan garis pembagi pada skala utama. Pada gambar di atas, skala nonius menunjukan angka 30 dikalikan dengan 0,01 mm sehingga skala noniusnya menunjukan 0,30 mm.
4. Kemudian jumlahkan hasil pengukuran dari skala utama dengan hasil pengukuran dari skala nonius misalnya 5,5 mm + 0,3 mm = 5,8 mm.
Untuk lebih jelasnya silahkan lihat contoh soal dibawah ini :







Contoh 1
Lihat gambar dibawah ini!
http://caraharian.com/wp-content/uploads/2017/06/Mikrometer-Sekrup-1.jpg
d= Skala utama+ Skala nonius
Skala utama= 3,5 mm
Skala nonius= 20 x 0,01=0,2 mm
d= 3,5 mm + 0,2 mm = 3,7 mm













Contoh 2
Lihat gambar dibawah ini!
http://caraharian.com/wp-content/uploads/2017/06/Mikrometer-Sekrup-2.jpg
d = Skala utama + Skala Nonius
Skala utama = 6,5 mm
Skala nonius = 9 x 0,01 =0,09 mm
d = 6,5 mm + 0,09 mm = 6,59 mm


Tidak ada komentar:

Posting Komentar