Cara
Menggunakan Alat Ukur Linier Langsung
Instrumentasi
dan Pengukuran Teknik
Disusun
Oleh:
1.Richo Handika
2.Rinto S Sitanggang
3.Fitra Jaka Pratama
Dosen Pengampu: Drs.Hidir
Efendi, M.Pd.
TEKNIK
MESIN
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam fisika dan teknik, pengukuran merupakan aktivitas yang
membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia-nyata. Alat ukur
adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Seluruh
alat pengukur dapat terkena kesalahan peralatan yang bervariasi. Bidang ilmu
yang mempelajari cara-cara pengukuran dinamakan metrologi.
Fisikawan menggunakan banyak alat untuk melakukan pengukuran
mereka. Ini dimulai dari alat yang sederhana seperti penggaris dan stopwatch
sampai ke mikroskop elektron dan pemercepat partikel. Instrumen virtual
digunakan luas dalam pengembangan alat pengukur modern.
Alat-alat ukur dalam peralatan kerja itu sendiri sangat
banyak dan berbeda-beda bentuknya sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai
dimensi ukuran dalam bentuk panjang. Akan tetapi ada kalanya disamping
mempunyai dimensi panjang juga mempunyai dimensi.
Peralatan kerja bengkel adalah sekumpulan alat/perkakas yang
sering dipakai oleh mekanik dalam melakukan pekerjaan di bengkel, misalnya
dalam kegiatan-kegiatan produksi, perawatan, perbaikan dan reparasi.Bagi
seorang mekanik yang sehari-harinya melakukan aktifitas tersebut, jelas
memerlukan peralatan guna membantu agar pekerjaannya bisa terselesaikan secara
efektif dan efisien. Penggunaan peralatan yang benar dan sesuai fungsinya
merupakan keharusan.
1.2
Perumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam alat
ukur linier, baik alat ukur linier langsung maupun alat ukur linier tak
langsung?
2. Bagaimana cara
menggunakan bermacam-macam alat ukur linier untuk mengukur benda
dengan cara yang tepat dan benar?
3. Bagaimana cara membaca skala
alat-alat ukur linier langsung dengan benar?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bermacam-macam alat
ukur linier, baik alat ukur linier langsung maupun alat ukur linier tak
langsung.
2. Mengetahui cara menggunakan
bermacam-macam alat ukur linier untuk mengukur benda dengan cara yang tepat dan
benar.
3. Mengetahui cara membaca skala
alat-alat ukur linier langsung dengan benar.
BAB II
PENGUKURAN LINIER
1. DASAR TEORI
1.1.
Pengertian Pengukuran Linear
Pengukuran Linear adalah proses pengukuran untuk mengetahui
dimensidari suatu benda kerja yang belum diketahui ukurannya.
Pengukuran Linear Pembacaan Langsung Alat ukur langsung
adalah alat ukur yang mempunyai skala ukur yangtelah dikalibrasi dan hasil
pengukuran dapat langsung dibaca pada skalatersebut.Contoh alat ukur langsung :
a. Mistar Ukur
b. Mistar Ingsut
c. Mikrometer
Jadi,
Pengukuran linear pembacaan langsung adalah proses pengukuran dimana hasil
pengukuran dapat dilihat langsung dari skala alat ukur yang dipakai. Pengukuran
Linear Pembacaan Tidak Langsung Pengukuran Linear pembacaan tidak langsung
yaitu pengukuran dengan instrumen pembanding, maksudnya dengan membandingkan
dimensi yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian membacanya dengan bantuan
alatukur langsung. Pada pengukuran ini, kita melakukan dua kali proses
pengerjaan. Macam-macam alat ukur yang tergolong alat ukur tidak langsung yaitu
a. Dial Indikator
b. Bore Gage atau Cylinder Gage
c. Caliper Gage
d. Telescoping gage
1.2 Jenis – jenis Alat Ukur Lineara.
A.
Alat Ukur Linier Langsung
a. Mistar
ukur
Mistar ukur merupakan alat ukur linier
yang paling dikenal, biasanya berupa pelat baja atau kuningan di mana pada
kedua tepi salah satu permukaannya diberi skala (metrik dan inchi) dengan
panjang ukurannya bervariasi dari 100 s.d. 300 mm dengan kecermatan ukuran
yaitu pembagian skala dalam 0.5 atau 1.0 mm.
Cara Pengukuran
Cara pengukuran dengan mistar ini ialah
dengan cara menempelkan mistar pada objek ukur sampai
tepi mistar berimpit dengan tepi benda yang diukur sehingga secara tidak
langsung panjang objek yang diukur tersebut dapat langsung dibaca dengan
memakai ujung objek ukur sebagai indeks pembacaan skala.
Jenis
– Jenis Mistar
1. Meteran Lipat
Merupakan gabungan dari mistar ukur degan sambungan engsel
pada ujungnya. Hasil dari pengukurannya kurang baik dibandingkan dengan menggunakan
mistar ukur biasa.
Gambar
2.1 Mistar lipat
2. Meteran Gulung
Merupakan meteran yang dibuat dari pelat baja tipis
berbentuk pita yang dapat digulung dan ditempelkan dalam suatu wadah.
Gambar
2.2 Mitar Gulung
b. Mistar
ingsut
Merupakan alat ukur linear serupa dengan mistar ukur yang
mana mempunyai skala linier pada batang dengan ujungnya yang berfungsi sebagai
sensor penahan benda ukur (disebut rahang ukur tetap) dan juga terdapat
peluncur dengan sisi yang dibuat sejajar dengan permukaan rahang ukur(disebut
rahag ukur gerak) yang biasanya dapat digeserkan pada batang ukur.
Cara Pengukuran.
Cara kerjanya ialah benda ukur ditahan padasalah satu sisi
permukaannya oleh rahang ukur tetap, kemudian peluncur digeserkan sehingga
rahang ukur gerak menempel pada sisi lainnya, pada saat benda ukur dijepit maka
orang yang melakuka pengukuran dapat membaca posisi garis indeks pada skala
ukur.
Hal – hal yang harus diperhatikan saat memakai mistar
ingsut ialah sebagai berikut :
a) Rahang
ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur dengan bik tanpa
bergoyang,
b)
Periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan ke dua rahang dengan cara
mengatupkan rahang,
c) Benda
ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan ujung rahang ukur
(harus agak kedalam), supaya kontak antara permukaan sensor dengan benda ukur
cukup panjang sehingga terjadi efek pemosisian mandiri yang akan meniadakan
kesalahan kosinus,
d) Tekanan
pengukuran jangan terlampau kuat yang bisa melenturkan rahang ukur ataupun
lidah ukur kedalaman sehingga mengurangi ketelitian,
e)
Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setlah mistar ingsut diangkat dari
objek ukur dengan hati – hati.
Gambar
2.3 Mistar Ingsut / Jangka Sorong
c. Mikrometer
Merupkan alat ukur linier yang
mempunyai kecermataan yang lebh tinggi dari pada mistar ingsut, mempunyai
kecermatan sebesar 0.01 mm (meskipun namanya “mikrometer”). Jenis khusus memang
ada yang dibuat dengan kecermataan 0.005 mm, 0.002 mm, 0.001 mm dab bahkan
sampai dengan 0.0005 mm.
Pemakaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pemakaian mikrometer ialah sebagai berikut :
1. Permukaan
benda ukur dan mulut ukur mikrometer harus dalam kondisi bersih.
3. Sebelum dipakai, kedudukan mikrometer
harus diperiksa.
4. Bukalah mulut ukur sampai sedikit
melebihi dimensi objek ukur.
5. Beda ukur dipegang dengan tangan kiri
dan mikrometer dengan tangan kanan.
6. Pada waktu mengukur, penekanan poros
ukur pada benda ukur tidak boleh terlalu keras sehingga memungkinkan kesalahan
ukur karena adanya deformasi.
7. Kalibrasi
8. Untuk melakukan kalibrasi mikrometer
dapat dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut :
9. Gerakan silinder putar/poros ukur.
harus berputar dengan baik, rasakan tidak terjadi goyangan karena keausan ulir
utama.
10. Kedudukan nol apabila. Apabila mulut ukur dirapatkan
garis referensi/indeks harus menunjuk nol.
11. Keberfungsian beberapa bagian yang lain seperti gigi
gelincir (ratchet) dan pengunci poros ukur.
12. Kerataan dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor).
Karena keausan, muka ukur dapat menjadi tidak rata dan tidak sejajar sehinggia
memungkinkan kesalahan ukur.
13. Kebenaran penunjukan harga pengukuran. Sehingga harga
yang ditunjukan oleh mikrometer harus sesuai dengan ukuran standar yang benar 9
harga nominal dengan toleransi yang diterapkan sesuai dengan standar)
Gambar
2.4 Mikrometer
Cara
Membaca Jangka Sorong
Perhatikan hasil pengukuran diatas. Cara membaca
jangka sorong untuk melihat hasil pengukurannya hanya dibutuhkan dua langkah
pembacaan:
1. Membaca
skala utama: Lihat gambar diatas, 21 mm atau 2,1 cm (garis merah) merupakan
angka yang paling dekat dengan garis nol pada skala vernier persis di sebelah
kanannya. Jadi, skala utama yang terukur adalah 21mm atau 2,1 cm.
2. Membaca
skal vernier: Lihat gambar diatas dengan seksama, terdapat satu garis skala
utama yang yang tepat bertemu dengan satu garis pada skala vernier. Pada gambar
diatas, garis lurus tersebut merupakan angka 3 pada skala vernier. Jadi, skala
vernier yang terukur adalah 0,3 mm atau 0,03 cm.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran akhir, tambahkan
kedua nilai pengukuran diatas. Sehingga hasil pengukuran diatas sebesar 21 mm +
0,3 mm = 21,3 mm atau 2,13 cm.
Contoh
Soal Jangka Sorong
Contoh
Soal 1
Tentukan hasil pengukuran pada gambar diatas dalam
satuan centimeter.
Solusi:
Pembacaan skala utama= 10 cm (angka 10 persis
bersebrangan dengan angka nol pada skala vernier disebelah kanannya).
Pembacaan skala vernier/ skala nonius= 0,02 cm
(garis kedua setelah nol pada skala vernier tepat lurus dengan garis
diatasnya).
Jadi, hasil pengukuran pada gambar di atas = 10 cm +
0,02 cm = 10,02 cm
Atau 100,2 mm.
Contoh
Soal 2
Suatu baut panjangnya diukur dengan menggunakan
jangka sorong dengan skala utama centimeter seperti yang dapat dilihat pada
gambar diatas. Tentukan hasil perhitungan akhir dari pengukuran diatas dalam
satuan milimeter.
Solusi:
Pembacaan skala utama= 1,1 cm atau 11 mm (terdapat
satu garis setelah angka 1 pada skala utama yang persis bersebrangan dengan
angka nol pada skala vernier disebelah kanannya).
Cara membaca mikrometer sekrup
1. Yang pertama silahkan letakkan mikrometer sekrup satu
arah sehingga bisa dilihat dengan jelas.
2. Baca skala utama
dari mikrometer sekrup tersebut,
dibagian atas garis menunjukkan angka bulat mm seperti 1 mm dan seterusnya,
sedangkan pada garis skala bawah menunjukkan bilangan 0.5 mm.
Dari gambar diatas, garis skala atas menunjukan angka 5 mm dan garis skala bagian bawah menunjukan 0,5 mm, Jumlahkan kedua hasil diatas maka skala utama pada mikrometer diatas menunjukan angka 5,5 mm.
3. Selanjutnya baca skala nonius atau skala putarnya
yaitu garis yang berada tepat segaris dengan garis pembagi pada skala
utama. Pada gambar di atas, skala nonius menunjukan angka 30 dikalikan
dengan 0,01 mm sehingga skala noniusnya menunjukan 0,30 mm.
4. Kemudian jumlahkan hasil pengukuran dari skala utama
dengan hasil pengukuran dari skala nonius misalnya 5,5 mm + 0,3 mm = 5,8 mm.
Untuk lebih jelasnya silahkan lihat contoh soal dibawah
ini :
Contoh 1
Lihat gambar dibawah ini!
Lihat gambar dibawah ini!
d= Skala utama+ Skala nonius
Skala utama= 3,5 mm
Skala nonius= 20 x 0,01=0,2 mm
d= 3,5 mm + 0,2 mm = 3,7 mm
Skala utama= 3,5 mm
Skala nonius= 20 x 0,01=0,2 mm
d= 3,5 mm + 0,2 mm = 3,7 mm
Contoh 2
Lihat gambar dibawah ini!
Lihat gambar dibawah ini!
d = Skala utama + Skala Nonius
Skala utama = 6,5 mm
Skala nonius = 9 x 0,01 =0,09 mm
d = 6,5 mm + 0,09 mm = 6,59 mm
Skala utama = 6,5 mm
Skala nonius = 9 x 0,01 =0,09 mm
d = 6,5 mm + 0,09 mm = 6,59 mm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar